BAHAGIA ADALAH MEMBERI





Oleh : Bunda Hanan

Bahagialah! bukan menikahlah!
Salah besar bagi para jomblo yang punya asumsi bakal bahagia jika sudah menikah. Belakang saya membaca asumsi ini, terlebih hamper setiap sore selepas mengajar banyak mahasiswi mencoba membuka raung diskusi dengan mengelilingi saya sambil meminta tips ‘bagaimana sih bun biar dapet jodoh? gimana biar dapet gebetan keren’ dan banyak pertanyaan lain lagi’.
Saya hanya tersenyum, mau mengajak diskusi lebih panjang khawatir mereka tidak sanggup menerima kuliah ‘menikah’ yang saya kira kita tidak akan cukup 2 sks. Saya hanya kembali bertanya ‘mau menikah atau mau bahagia?’
‘ya, siapa yang gak seneng kalo bisa menikah dengan laki laki idaman’
‘pasti bahagialah kalo udah nikah, kan kita berarti udah laku gak dibully lagi sebagai jomblo setia’
banyak lagi sederet jawabannya, dan yang pati semua syarat emosional.
Ketika Muhammad dilamar Khadijah, yang dialami Khadijah memang sebuah perasaan ‘jatuh cinta’ kepada pribadi yang baik, santun dan jujur. Khadijah pengusaha dan Muhammad hanya pegawai yang menjualkan barang dagangannya. Mungkin, jika dibawa pada situasi sekarang, laki-laki yang dilamar seorang perempuan kaya akan sangat bangga dan pasti membayangkan bahwa kekayaannya akan sudah cukup bisa membahagiakannya. Bagi perempuan zaman sekarang, kekayaan yang dimilikinya gak akan pernah cukup jika tidak disertai pendamping dan ketika mendapatkan pendamping, meski miskin pasti akan sudah cukup bahagia.
Tetapi kebahagiaan Khadijah justru bukan di harta, bukan pula karena bisa meminang Muhammad, tetapi kebahagiaannya ketika ia mendapati bahwa suaminya lah yang menjadi laki-laki pilihan. Kepemilikian harta yang banyak dia pasrahkan semua untuk perjuangan suaminya dan ia tetap bahagia meski pada akhir hayatnya, tak sedikitpun harta tersisa untuknya. Ia bahagia telah memberikan  segalanya, bukan mendapatkan segalanya. Semua karena ia bersuamikan Muhammad, Rasulullah. Secara kasat mata, khadijah menderita karena faktanya ia harus berjuang dan memperjuangkan suaminya di hadapan masyarakat quraisy. Tetapi khadijah bahagia karena kesetiaannya kepada Muhammad yang juga berbalas kasih dan setia Muhammad kepadanya hingga akhir hayatnya.
ABG zaman now, terlepas dari pengaruh film Cinderella yang digambarkan happy ending dengan menikahilaki laki ganteng dan kaya, sering kali melihat sebuah lembaga pernikahan sebagai pintu menuju sebuah kesenangan semata. Saya bedakan kesenangan dengan kebahagiaan karena kesenangan seringkali tercermin dengan sikap materialistis, sedang kebahagiaan lebih kepada qualitas kesenangan yang itu tidak mesti tercermin dari banyaknya harta.
Harapan menjadi Cinderella, menerima semua yang ia inginkan tanpa perlu perjuangan inilah yang kemudian sering membuat para ABG kemudian terjebak pada sangkaannya sendiri. Alih alih harusnya bahagia di tahun pertama, tetapi tak jarang di 5 tahun pertama justru angka perceraian yang meroket tinggi.
Yang perlu digarisbawahi bukan dengan menikah kita menjadi bahagia, tetapi bahagialah selalu maka akan kamu dapati juga sebuah pernikahan yang membahagiakan. Harapan harapan semu bahwa bahagia itu diberi, harus diganti, bahwa untuk bahagia itu kita memang harus berjuang. Ya, berjuang mengikis segala rasa tak bersyukur, rasa tak menerima, rasa tidak puas hingga kita akan mampu bahagia bersama siapapun yang menikah dengan kita.
Tapi apakah salah kalau kita berharap bahwa pasangan kita bisa membahagiakan kita dengan harta? Tidak ada yang salah, karena sejatinya bahagia itu ketika kita memberi. Yakin, siapapun orangnya, jika ia mencintai seseorang ia akan berjuang dan memberikan segalanya buat yang dicintainya. Bersikap materi tidak pernah salah hanya perlu dijaga bahwa materi hanyalah media untuk sebuah ungkapan cinta.
Sampai di sini, yuk buat para jomblo, bahagialah selalu, jika dirimu bahagia yakin ketika menikah pun akan selalu bahagia. Jangan menunggu bahagia hanya ketika waktu menikah, tetapi bahagialah selamanya dengan segala penerimaan baik sebelum ataupun sesudah menikah.

22.09.2019
Kominfo BEM STAI HAS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hymne STAI HAS

Berkah Sowan ke Kyai

STAIHAS Selenggarakan Workshop LITERASI bersama AMPLI