GURUKU, BANGUNLAH_Annisa Budi Akhlani
GURUKU, BANGUNLAH
Oleh : Annisa Budi Akhlani
Mentri Pendidikan
BEM Staihas Cikarang
Menyebut kata "guru" seluruh tubuh ini selalu bergetar, karena aku menempatkannya di posisi kedua setelah Dia Yang Maha Esa. Sebagai seseorang yang dikirim Tuhan untuk mendidik, guru menjadi icon yang begitu penting bagi pendidikan, karena tanpa guru, pendidikan tak bermakna.
Sejak usia 6 tahun aku mengenalmu guru, ternyata dirimu mampu menggantikan posisi orang tua ku ketika di sekolah. Energi yang kau transfer terasa sampai saat ini, ajaran dan didikan mu tersampaikan dengan penuh ketulusan dan kebaikan, itu lah yang menyebabkan aku mengagumimu. Proses pendidikan yang aku tempuh selama 15 tahun ini membuatku mampu menjelaskan tentang urgensi seorang guru untuk pendidikan.
Dalam perjalananku, terkhusus pada perubahan tingkah laku, aku mengakui bahwa hal itu tidak terlepas dari bantuanmu guru. Siapapun, dimanapun dan kapanpun membicarakan kebaikan dan kebijaksanaanmu.
Tapi hari ini, aku ingin mengeluh. Semakin hari aku mulai kehilangan dirimu guru. Tidak, tidak. Bukan jasadmu yang menghilang, tapi ketulusanmu.
Aku kehilangan kebiasaan yang sering kau ajarkan, aku juga mulai merasa kasih sayangmu berkurang.
Hari ini kau hanya datang ke kelas ku untuk memberikan tugas dan pekerjaan rumah saja. Kau lupa menyapa diriku, kau lupa bertanya tentang kabarku bahkan kau juga lupa memanggilku dengan panggilan yang sering ku tunggu, yaitu "Nak".
Apa kau sudah tidak menyayangiku?
Atau kau lupa tentang kewajibanmu?
Sebetulnya aku takut membicarakan ini, tapi aku lebih takut jika kau terlalu lama tidur dan melupakan tentang hakikat dirimu sebagai seorang guru. Aku tahu, kau tak mungkin lupa bahwa yang lebih penting dari pengetahuan yang kau sampaikan adalah Adab bagi setiap muridmu. Degradasi moral yang terjadi saat ini, salah satunya disebabkan karena dirimu lupa memperingati kami, kau seolah membebaskan kami tanpa batasan.
Kadang-kadang kau juga membiarkan kami berada di jalan yang padahal kau sendiri tahu bahwa itu adalah sebuah kesalahan.
Aku rindu ketika kau berkata :
"Nak, jangan lakukan itu, bahaya".
"Nak, jangan berbuat seenaknya dengan orang tua, itu dosa".
"Nak, hormati yang tua dan sayangi yang muda".
"Nak, bersihkan kelas yang kotor, karena kebersihan bagian dari iman".
Bukankah itu yang seharusnya kau ajarkan?
Bukankah itu yang lebih penting dari pengetahuan?
Aku ingin kau bangun dari tidurmu, aku ingin kau kembali sebagai guru dengan hakikatmu.
Jangan membebaskan aku tanpa batasan, jangan membiarkan aku pada kesalahan.
Guru, aku ingin kau kembali, aku janji tak akan marah, aku janji akan berubah.
Tanpamu aku tak berarti apa-apa.
Senin, 29 Juli 2019
Komentar