KATUP MASUK DAN KATUP BUANG
Oleh: Ahmad Ardiansyah
Di siang hari ku menghampiri tempat pencucian motor sambil menunggu, membuka lembaran yang ada di dalam tasku yaitu buku yang berjudul 'Ngaji Toleransi'.
Sesaat membaca beberapa lembar orang bengkel menghidupkan mesin kompresor yang berisik, seketika titik bola mataku terfokus pada kompresor yang di hidupkan, aku berfikir di dalam mesin kompresor ada 2 piston yang 1 katup masuk dan yang 1 lagi ada katup buang.
Akalku langsung berfikir karena sedang membuka selembar ilmu , piston saja seimbang ada katup masuk dan ada katup buang, sedangkan ketika aku sedang membaca buku pasti disitu ada sesuatu yang masuk,ibarat katup masuk tadi. dan perumpamaan katup buang kenapa tidak di tulis? pemahaman tentang yang ku baca yaitu 'Ngaji Toleransi' tentu pasti seimbang bila di tumpahkan di dalam lembaran baru agar bisa terus di ingat.
Hhmm, hmmm judul yang menarik untuk ku selami buku yang di pinjamkan oleh sbahatku, lembar per lembar terus membuatku makin semangat. Dan akhirnya ku goreskan bolpoinku.
Tolerasi/tasamuh, secara terminologi berakar dari kata 'samhan' yang memiliki kata mudah. Kemudahan atau memudahkan, sementara dalam KBBI toleransi sebagai berikut: bersifat/ bersikap (menghargai,membiarkan,membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kebiasaan, kepercayaan,kelakuan dsb.) Yang berbeda dengan pendirian/ kepercyaan yang di yakini.
Jadi toleransi secara bahasa adalah sikap menghargai orang lain, dan menghargai bukan berarti membenarkan, mengikuti apalagi mempercayai.
Toleransi hanya bisa di terapkan pada ranah sosialis, upaya-upayanya membangun toleransi melalui aspek teologis. Contohnya: ketika pengagas teologis inklusif jahiliah; Al-Aswad bin muthalib, Walid bin Mughiroh dll, mereka datang kepada Rasulullah menawarkan secara terang-terangan; "Wahai Muhammad, bagaimana jika kami menyembah Tuhan-Mu satu tahun, dan engkau menyembah Tuhan kami satu tahun ?"
Dan tak lama, Turunlah surah Al-kafirun. "Katanlah(wahai muhammad): 'Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.dan kamu bukann penyembah Tuhan yang aku sembah. dan aku tidak pernah menjadi menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah(pula) menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.
Lalu contoh yang ke 2, kongkit di dalam lingkungan perumahan graha cikarang yang ku diami seringkali mengadakan pengajian akbar atau pun tahlilan, sunatan dsb. Pernah suatu malam berjalan acara tasyakuran yang di adakan oleh umat muslim dan di sebelah rumahnya pas adalah umat kristen, ketika pengajian berjalan dengan pembacaan tahlil,ceramah keagamaan, hadroh/ sholawat dan doa, umat kristen menghargai dengan membuka pintu bukan malah menutupnya. Dan anaknya pun malah asik lho mendengarkan pukulan hadroh sambil menabok-nabok pintu rumah, dan aku sambil tersenyum melihatnya.
Umat kristen juga suka Membantu panitia sunatan tetangga yang tak jarang ada selingan sholawat dan cermah tetapi mereka tetap menghargai karna itu memang kepercayaan dan budaya umat muslim.
Dan Sungguh aku melihat luar biasa toleransi yang ada di Negriku ini, indonesia masih banyak kejadian sosial yang aku banggakan.
Menjaga toleransi memang tak mudah ibarat lahan, gambutnya adalah indonesia. Jika di bawah permukaan bara menjalar dan siap menjalar ketika musim kemarau datang. Lena sedikit kita akan menghadapi kebakaran(propokasi,fitnah,dendam, sombong, ambisi dll) maka akan sulit untuk di padam kan.
Cikarang,18/03/2017
Salam literasi, senang berbagi informasi 🖋
Komentar