IDEALISME: RENUNGAN PEMUDA MASA KINI
Membahas tentang Pemuda
itu bagaikan membahas Cinta di kalangan remaja. Penuh makna dan berbagai
pendapat yang beranekaragam. Apalagi ketika berbicara peran dan tugasnya. Bapak
Proklamator Ir. Soekarno pernah menyampaikan dalam salah satu pidatonya bahwa seribu
orang tua hanya bisa bermimpi, namun satu orang pemuda dapat menggoncangkan
dunia. Disadari atau tidak Pemuda memiliki amanah yang luar biasa. Sejarah
tercatat dahulu di Andalusia (Spanyol) terdapat sebuah Kerajaan Islam yang kuat
pada Masa Peradaban Islam di Spanyol yang bernama Granada. Salah satu alasan
runtuhnya kerjaan islam terakhirini konon katanya pihak kristen Spanyol yang
telah bergabung menyusun kekuatan dimana sang raja menyuruh intel untuk
menyelidiki apa yang menjadi kekuatan kerajaan tersebut hingga sulit
ditaklukan. Pekan pertama ia menjalankan misinya dengan berjalan mengitari
perkampungan di kerajaan Granada tersebut. Sang intel mendengar isakan tangis
dari sebuah rumah. Ia pun bertanya kepada pemuda itu tentang mengapa ia bisa
nangis terisak-isakseperti itu. Pemuda itu menjawab bahwa ia menangis karna ia
tidak menunaikan solat subuh berjamaah. Dan ketika mendengar jawaban dari
pemuda tersebut sang Intel pun pulang kembali ke kerajaannya. Sang raja
terheran mengapa intel terbaiknya pulang kembali dengan kabar yang tak
diharapkan.
Waktu berjalan, sang intel pun melakukan misinya lagi dengan
mengitari perkampungan di wilayah Kerajaan Granada. Lagi-lagi sang intel
mendengar isak tangisan seorang pemuda. Dia pun melakukan hal yang sama dengan
bertanya kepada pemuda itu apa alasan dia menangis tersendu-sendu. Jawaban sang
pemuda itu berbeda dengan pemuda sebelumnya. Pemuda sebelumnya menangis karna
ia tak melaksanakan solat subuh secara berjamaah, sedangkan pemuda ini menjawab
bahwa ia menangis karena dia telah diputuskan oleh kekasih hatinya. Setelah
mendengar pertanyaan ini sang intel pun pulang kembali ke istana. Dia
menceritakan dan menjelaskan analisa, misi dan strateginya dalam menghancurkan
kerajaan Granada tersebut kepada sang raja. Dan sang intel menyerukan kepada
raja agar melakukan penghancuran Granada itu dimulai dari sekarang juga. Dan
singkat cerita Kerajaan Islam Granada pun hancur. Dan hancurnya kerajaan Islam
Granada itu menjadi akhir cerita Kerajaan Islam di Andalusia. Hingga di zaman
sekarang di Cordoba tepatnya di Spanyol terdapat Masjid peninggalan Masa
Kerajaan Andalusia yang kini menjadi Gereja Kristiani.Rasanya sakit tapi tak
berdarah bukan?
Jadi, dapat disimpulakan berkiblat dari cerita tentang
runtuhnya Peradaban Islam di Andalusia itu, bahwa betapa peran pemuda menjadi
tolok ukur sang intel dalam melakukan aksi dari siasatnya. Ketika kita melihat
suatu negara atau kerajaan bisa dilihat dari kualitas karakter pemudanya.
Dimana masihkah pemuda-pemudinya menjunjung tinggi aturan dengan penuh ketaatan
atau malah sebaliknya, mereka hanya asyik dengan warna-warni keindahan
sementara masa muda yang sebenarnya hanyalah ujian.
Jas merah yang berarti “Janganlah melupakan sejarah” itu
adalah kata-kata dari Ir. Soekarno dengan penuh kharisma ketegasan dan
keindahan retorikanya dalam salah satu pidatonya. Kita sebagai pemuda Indonesia
harus mengenal, tahu dan memaknai dari setiap kronologi sejarah Indonesia.
Betapa berapi-apinya semangat para pahlawan-pahlawan perjuangan dan pergerakan
Nasional dalam memerdekakan Indonesia yang didominasi oleh para kaum muda.
Mari kita heningkan cipta dan renungkan jika tidak karna
keberanian pemuda dengan menculik Ir. Soekarno dan Moch. Hatta saat Peristiwa
Rengadengklok 16 Agustus 1945 silam, 17 Agustus bukanlah hari yang spesial
untuk dikenang oleh bangsa Indonesia. Betapa semangatnya kaum muda waktu itu,
dalam meyakinkan dan mendesak para golongan tua agar segera memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia tanpa perlu menunggu keputusan PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang tak lain adalah organisasi buatan Jepang. Kaum muda
ingin secepatnya Indonesia merdeka karna bertepatan dengan kekalahan Jepang
pada Perang Pasifik yang menjadikan Indonesia dalam keadaan Vacum of Power (Kekosongan
Kekuasaan). Yang menurut kaum muda momentum ini sangatlah tepat untuk Indonesia
agar diakui keberadaannya oleh dunia akan kedaulatannya. Dan hasilnya pun
golongan tua pun menerima pendapat kaum muda yang hasilnya Proklamasi
berkumandang di tanggal 17 Agustus 1945.
Tujuh Puluh tahun sudah Negara kita berstatuskan Merdeka.
Dan Tujuh puluh tahun sudah kaidah Pendidikan Kewarganegaraan sebutkan negara
kita merupakan negara yang berkembang. Bila kita melihat negara Jepang, yang
bangkit itu hampir bersamaan pula dengan kemerdekaan Negara Indonesia. Jepang
menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu karena terbomnya dua negara bagian
Jepang yang besar yaitu Hiroshima dan Nagasaki. Di hari ini Jepang sudahlah
bangkit dan berstatuskan negara maju dan berlabel Negara Macan Asia. Mari
menganalisa. Apa yang menjadikan status kita berbeda, padahal delapan puluh
tiga tahun yang lalu kita memulai digaris yang sama. Apakah jawabannya takdir?
Apakah sudah menjadi nasib dan kutukan bagi kita negara Indonesia hanya selalu
menjadi negara berkembang? Oh tentu tidak bukan. Bukankah Allah telah
menjelaskan secara jamblang bahwa Allah takkan mengubah suatu kaum hingga kaum
tersebut mengubahnya. Yang harus kita maknai dan sadari siapa yang ditekankan
menjadi agen perubahan itu? Jawabannya itu adalah tugas semua pemimpin.
Pemimpin yang dimaksud adalah kita semua warga negara Indonesia. Bukankah salah
satu tugas kita di bumi ini menjadi Pemimpin. Kelak kita pun akan merasakan
pertanyaan demi pertanyaan tentang seberapa manfaat kita untuk diri kita dan
sekeliling kita sebagai benrtuk pertanggungjawaban.Karena negara ini adalah
tanggung jawab kita bersama.
Kita sama-samalah tahu betapa bengisnya peperangan
pahlawan-pahlawan kita dengan pihak penjajah demi mencapai status merdeka.
Terhitung delapan puluh tiga tahun di tanggal 28 Oktober 1928 juga tepatnya
para pemuda berkumpul di Batavia (Jakarta) yang hasilkan ikrar sahdu yaitu
Sumpah Pemuda yang berisikan bahwa kita semua benegara, berbangsa dan berbahasa
satu yaitu Indonesia. Sumpah yang secara nyata terucap dengan penuh pemaknaan,
ketegasan, dan kesemangatan.
Di hari ini mari kita tumbuh, isi ulang daya serta hidupkan
kesemangatan pemuda-pemudi dahulu dengan formasi yang berbeda. Dimana dahulu
Sumpah Pemuda adalah alat pemersatu bangsa. Sekarang mari kita bersama-sama
bahu-membahu menjadikan momentum sumpah pemuda menjadi wahana untuk kita
menjaga tanah air. Dimana ketika kita membahas tentang wahana itu pastilah
tersirat dengan liburan dan kebahagiaan. Sehingga menjaga tanah air itu bukan
menjadi beban tetapi sebuah kebutuhan untuk kita semua.
Pemuda-pemudi Indonesia siap atau tidak, mau atau tidak mau
sudahlah menjadi hukum alam bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.
Nasib negara esok ada di bahu para pemuda hari ini. Pertanyaan untuk kita semua
wahai pemuda-pemudi. Bekal apa yang telah kita persiapkan untuk menjadi
pengendara negeri? Seberapa matang mantra yang kan kita tiupkan untuk mengubah
negeri ini? Negeri ini tak butuh dengan selfie atau story rekreasi
kita wahai pemuda-pemudi. Negeri ini tak butuh keegosentrisan kita yang hanya
memikirkan kegelisahan diri kita sendiri. Negeri ini butuh kepedulian kita
dalam memelihara dan menjaga. Negeri ini butuh kita bersatu, bersama-sama lagi
seperti pemuda-pemudi dahulu yang semangat menjadikan Indonesia suatu Negeri
yang asri nan berseri.
Pemuda-pemudi sebaik-baiknya manusia itu yang bermanfaat
untuk orang lain menurut sabda Nabi. Semoga dengan aksi-aksi kita hari ini
menjadi bekal persiapan kita dalam membangun negri ini. Ketika kelak kita mati
semoga kita tetaplah hidup seperti pahlawan-pahlawan yang syahid dulu kala
membela negri ini. Dan pemuda-pemudi hidup itu pilihan bukan? Marilah hidup
dengan bijak dengan hidup yang tak sekedar hidup, tetapi hidup yang
memiliki arti.
Biodata Penulis
Nama :
Mela Sari Dewi
Tempat,
tanggal lahir : Cianjur, 4 Januari 1998
STAI Haji Agus Salim Cikarang
PAI EKSEKUTIF 1 (2017)
Komentar