PENDIDIKAN BUKAN MENCETAK GENERASI PENERUS






Oleh : Rokhmat

Generasi Penerus adalah generasi muda yang akan melanjutkan dan meneruskan generasi yang sebelumnya. Generasi Penerus  suatu Negara identik kepada anak-anak, karena anak-anak yang akan menggantikan posisi para pejabat-pejabat dan pemerintah. Masyarakat Indonesia sering menyebutkan bahwa anak-anak adalah Generasi Penerus bagi Bangsa dan Negara.

Namun menurut saya kurang cocok kalau ungkapan anak-anak kita Generasi penerus, lebih pasnya jika anak-anak adalah Generasi Perubahan bagi Bangsa dan Negara . Loh kok gitu ? Generasi Penerus dan Generasi Perubahan itu berbeda. Bedanya dari seluruh aspek kebijakan, prosedur dan systemnya.

Kita mengartikan generasi penerus kepada anak-anak bahwa mereka adalah Generasi Penerus bagi bangsa Indonesia. Generasi yang akan meneruskan kebijakan dan menggantikan posisi aspek Pejabat-pejabat lembaga dalam Pemerintah khususnya pendidikan, mengingat dalam perubahan pastilah peran pendidikan yang paling utama. Tetapi kita jelaskan kepada anak-anak bahwa mereka adalah Generasi Perubahan bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Generasi yang akan mengubah seluruh aspek kehidupan dalam Bangsa dan Negara Indonesia. Tentunya bukan merubah budaya timur menjadi budaya barat, hak paten Indonesia mempunyai budaya adat dan istiadat sendiri yang selamanya harus kita jaga dan kita pertahankan.

Dalam aspek Generasi Penerus sangatlah tidak konsisten dalam kehidupan yang akan datang. Karena jika anak-anak adalah Generasi Penerus, maka mereka adalah Generasi yang akan menggantikan dan melanjutkan kegiatan dan kebijakan-kebijakan dari Generasi sebelumnya, mengingat suatu kebijakan pasti ada plus minusnya. Sebelumnya berapa banyak pejabat yang korupsi, nepotisme, kolusi merajalela hingga sekarang masih banyak dari tingkat RT sampai lembaga-lembaga pemerintahan tertinggi baik yang terselubung hingga yang terang-terangan, terlebih dilihat dari segi sudut pandang permasalahan dulu dengan sekarang sangat berbeda, maksud dari Generasi perubahan adalah mengevaluasi segala permasalahan yang dihadapi sebelumnya dalam arti perbaikan secara terus menerus atau improvemen.

Setiap anak membawa misi dalam hidupnya. Mereka satu sama lain unik dan memiliki kecerdasan masing-masing. Begitu pula organisasi, setiap organisasi mengemban visi dan misi tertentu, guna di wujudkan dalam masyarakat. Visi misi itu diwujudkan dan di implementasikan dalam tindakan keseharian. Tujuanya tetap sama yakni menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih bermakna.

Menurut sudut pandang saya mencetak yakni cara membuat sesuatu dengan acuan antara lain : menuangkan logam dalam acuan (molding) mencetak uang, mencetak kue, mencetak batu bata. Ada sinonim mencetak antara lain : mencetak gol. dan berkonotasi memenangkan dalam sebuah pertandingan atau kompetisi.

Ngomongin terkait perjalanan pendidikan, beberapa hal yang sering mengganjal di pemikiran saya salah satunya Kompetisi  dan slogan-slogan sekolah ( Sekolah anu mencetak bla-bla, sekolah ini berkompetensi unggulan bidang...) Memang nasihat luhur bahwa kompetisi adalah sarana untuk belajar, yang mudah sekali di ucapkan, karena ilusi kemenangan dan pengakuan dari orang lain bahwa ia adalah "nomor satu" sangat begitu dalam tertanam. Sementara, kompetisi akan menciptakan ilusi, bahwa setelah menang,  kita menjadi nomor satu. Seolah tujuan lomba atau berkompetisi itu adalah kemenangan. Memang iya kan ?
Saya kurang tahu bagaimana sejarah awal mulanya siapa yang mendeklarasikan, sehingga sekolah seolah-olah menjadi tempat kompetisi bersaing dan saling mengungguli sejak dini, padahal setiap orang memiliki posisi riwayat, potensi dan persoalan masing-masing, maka menurut hemat saya tidak layak ketika orang di perlakukan general atau seragam dan diminta mengikuti adu pertandingan untuk mencapai ranking tertinggi, padahal tidak sama latar belakang baik asupan gizi, fasilitas, ekonomi, dan modal yang tak sama. Terlebih materi pelajaran seabrek dan menurut saya tidak mungkin dikuasai semua oleh peserta didik pasti ada kekurangan kelebihan masing-masing yang di kuasai, terlebih ada kegiatan ekstra kulikuler yang sama-sama wajib diikuti berikut minat dan bakat.

Apakah sama pengertian pendidikan dengan mencetak batu bata, mencetak Uang, mencetak banner, mencetak kue dan mencetak lainnya seperti halnya mencetak barang. Dan apakah sama pengertian pendidikan dengan kompetisi  tinju yang saling adu jotos, balap lari, balap karung, saling unggul-unggulan terus kalo gak menang gak bisa apa-apa seperti itu, lantas makna pendidikan bagi yang tidak mampu atau tidak suka dengan  dengan faighter adu jotos seperti tinju ,karate dan sejenisnya apakah tidak berhak mendapatkan pendidikan. Dan bagi para peserta didik yang tidak menguasai atau tidak bisa menguasai materi berbagai materi unggulan lantas tidak mendapatkan kesempatan untuk menggali ilmu.

Mari pada momen HUT ke-74 Republik Indonesia, kita kobarkan api semangat..!!
Menang bukan berarti berhasil menduduki sebuah kursi kekuasaan.
Menang bukan berarti berhasil menumbangkan banyak lawan.
Menang adalah ketika kita bisa merangkul segala perbedaan.
Menang adalah ketika kita bisa membangkitkan kembali semangat juang.
Menang adalah ketika kita bisa melakukan perubahan.

07.09.219
Kominfo BEM STAI HAS
Salam Ngopi Nusantara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hymne STAI HAS

Berkah Sowan ke Kyai

KARYA MAHASISWA STAI HAS "SAJAK SANG PENDOSA"